Dikencingi setan karena tak bangun subuh |
Diriwayatkan dari Al-Bukhari, dari Ibnu Wa’il, dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa pada saat pertemuan dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang laki-laki yang tidak hadir. Lalu ada seseorang yang memberitahu, “Dia masih tidur hingga pagi tadi, dan tidak bangun untuk shalat.”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda, “Setan telah mengencingi telinganya.”
Beberapa pendapat mengenai makna hadits tersebut, jika ketika tidur tidak menyebut asma Allah:
• Setan memang benar-benar kencing. Al-Qurthubi dan beberapa ulama lain mengatakan bahwa tidak ada salahnya mengartikan seperti itu, karena memang telah terbukti bahwa setan makan, minum, dan kawin. Sehingga tidak ada larangan untuk mengatakan bahwa setan pun kencing;
• Kiasan yang berarti setan menutup telinga orang tidur dan tidak mau bangun untuk shalat, sehingga tidak dapat mendengar suara adzan;
• Setan mengisi pendengaran orang tidur dengan kebatilan, hingga telinganya tersumbat dan tidak dapat mendengar peringatan;
• Kiasan yang berarti setan melakukan perbuatan kotor pada orang tidur;
• Setan menguasai orang tidur dan menakut-nakutinya, sehingga orang tersebut seolah-olah terkencing-kencing karena lazimnya orang yang takut bisa terkencing-kencing saking takutnya;
• Orang tidur seperti orang yang lupa untuk bangun karena begitu lelap tidurnya, seolah-olah telinganya tersebut menjadi berat dan rusak karena dikencingi.
Ath-Thayyibi mengatakan, “Dalam hadits tersebut telinga disebut secara khusus, karena telinga merupakan pintu termudah dimasuki setan dan tercepat mengantarkannya hingga urat nadi, sehingga menimbulkan kemalasan di seluruh tubuh.”
Tidur yang disertai dzikir kepada Allah dan niat untuk bangun guna melaksanakan perintah Allah dapat menolak setan yang datang. [rika/islampos/antares-islamicscience]
0 komentar:
Posting Komentar